SULAP ANGKA
BELAJAR MATEMATIKA JADI MENYENANGKAN
Oleh
: Supriyo, S.Pd.I
(Silahkan jika dibutuhkan bisa menjadi Referensi. Jika berkenan hubungi saya untuk berdiskusi di supriyo_mtsnbener@yahoo.co.id atau 081 392 080 595)
(Silahkan jika dibutuhkan bisa menjadi Referensi. Jika berkenan hubungi saya untuk berdiskusi di supriyo_mtsnbener@yahoo.co.id atau 081 392 080 595)
Belajar
menyenangkan tanpa kekerasan, mengajar dengan hati dan cinta merupakan tuntutan guru masa kini. Bukan
saatnya lagi seorang guru mengajar dengan tekanan dan ancaman, sehingga siswa
terkungkung dalam penjara ketakutan yang semestinya tidak terjadi.
Masih
sering terdengar, ketakutan-ketakutan siswa belajar di kelas, merasa tidak
nyaman, dan phobia pada pelajaran
atau guru-guru tertentu. Kelas menjadi panas, pembelajaran jadi kaku,
membosankan, dan siswa seakan merasa terancam setiap kali bertemu dengan
pelajaran atau guru tertentu tersebut. Hal semacam ini menjadikan proses
pembelajaran tidak lagi sehat.
Apalagi
mata pelajaran yang banyak dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang
menakutkan. Seperti Matematika misalnya. Siswa akan semakin takut mengikuti
pembelajaran ini, jika gurunya juga turut andil menyumbangkan suasana yang
menakutkan. Guru galak, pemarah, mudah sekali menjatuhkan hukuman, ekspresi
wajah kaku, mahal senyum, apalagi tidak pernah mengajak siswa bermain-main yang
mendatangkan tawa.
Semestinya
dalam belajar, pelajaran yang mendatangkan momok siswa diikuti oleh guru yang
mampu membawa suasana ceria, sehingga mata pelajaran yang menakutkan tadi bisa
dicintai dan dirindukan kehadirannya, karena guru yang mengajarnya adalah guru
yang mampu membawa kelasnya pada suasana yang menyenangkan.
Banyak
cara untuk membawa suasana kelas menjadi menyenangkan dan surganya siswa, untuk
itu guru dituntut selalu inovatif, tidak cepat merasa puas dengan
keberhasilannya sekarang, terus meningkatkan kemampuan dirinya dalam mengajar
dengan selalu belajar dan belajar dari berbagai sumber juga mengikuti tuntutan
perkembangan zaman.
Salah
satu pembelajaran menyenangkan adalah dengan bermain sulap yang disampaikan
sebelum pembelajaran dimulai, ditengah-tengah kejenuhan siswa belajar atau di
akhir pembelajaran. Tergantung suasana kelas saat itu.
Selain
menyenangkan, permainan sulap ternyata bisa menghasilkan perubahan yang
signifikan pada struktur otak. Dalam jurnal Nature
Neuroscience, peneliti mengatakan bahwa terdapat peningkatan sebesar 5
persen pada daerah putih yang merupakan tempat jaringan serat saraf dalam otak.
Dalam
jurnal tersebut dituliskan bahwa, peneliti mempelajari 24 orang dewasa muda
sehat yang sebelumnya tidak bisa melakukan sulap. Orang tersebut dibagi menjadi
2 kelompok, kelompok pertama diberikan pelatihan sulap setiap minggu selama 6
minggu sedangkan kelompok lainnya berlatih sulap selama 30 menit setiap harinya
secara normal. Setelah melakukan pelatihan selama 6 minggu, terdapat
peningkatan sebesar 5 persen pada daerah putih yang terletak di dalam bagian
belakang otak yang disebut dengan intraparietal
sulcus. Daerah ini telah diketahui mengandung saraf-saraf yang bereaksi
saat seseorang berusaha untuk menggapai benda-benda dalam penglihatan yang
kurang penting (tepi). Ada variasi yang besar dalam kemampuan partisipan untuk
dapat bermain sulap dan semuanya ditunjukkan atas perubahan daerah putih.
Secara umum ada
dua jenis permainan sulap matematika, yaitu permainan sulap matematika sebagai
bentuk kegiatan yang menyenangkan dan permainan sulap yang terintegrasi dengan
pembelajaran matematika.
Permainan Sulap
Matematika sebagai Bentuk Kegiatan yang Menyenangkan
Permainan sulap
matematika ini dapat diberikan di awal pembelajaran, di tengah proses
pembelajaran atau di akhir pembelajaran. Dengan selalu disajikan permainan
sulap matematika diharapkan suasana belajar matematika menjadi tidak
membosankan dan siswa lebih tertarik belajar matematika. Bahkan dalam beberapa
permainan sulap matematika ada pengetahuan baru yang membantu memudahkan dalam
menyelesaikan masalah-masalah matematika meskipun tidak terkait langsung dengan
materi pembelajaran.
Sebagai
contoh, katakan pada siswa, betapa menyenangkan jika kita serius belajar
matematika dan mampu melakukan hitungan dengan cepat dan tepat, maka dihadapan
orang seakan-akan kita mempunyai kelebihan yang mampu melihat sesuatu yang
disembunyikan orang.
Pertama,
minta seorang siswa memilih bilangan empat angka bebas tanpa menyebutkan bilangan
yang ia pilih (misal: 2860). Lalu, minta dia mengurangi bilangan tersebut
dengan bilangan-bilangan penyusunnya (contoh : 2860 – 2 – 8 – 6 – 0 = 2844).
Selanjutnya, dari hasil yang diperoleh (2844), mintalah siswa itu untuk
menyembunyikan sebuah angka dan menyebutkan angka sisanya. Lalu buatlah dia
terkejut dengan menyebutkan angka yang dia sembunyikan dengan cepat. (contoh:
dia menyembunyikan angka 2 dari 2844, lalu menyebutkan tiga angka sisanya: 8, 4,
dan 4. Lalu Anda dengan cepat berkata, “Angkanya 2 kan….”).
Dari
sini tentu siswa akan merasa tercengang, mengapa gurunya mampu melihat angka
yang ia sembunyikan, padahal sebelumnya tidak pernah diperlihatkan ataupun
katakan. Nah saat siswa dipenuhi dengan rasa penasaran inilah, guru memberikan
“penekanan” bahwa mereka akan bisa
seperti gurunya jika minimal pembelajaran kali ini serius mengikuti dan
memahami dengan baik. Jika siswa benar-benar memenuhi harapan guru, barulah
pada saat tertentu sampaikan rahasianya, agar mereka juga bisa seperti anda.
Triknya
ternyata mudah saja. Jumlahkanlah bilangan yang diberikan (8 + 4 + 4 = 16),
lalu cari bilangan kelipatan sembilan yang terdekat dengan bilangan tersebut
tetapi lebih besar atau sama dengan bilangan itu (dalam hal ini bilangan
kelipatan 9 yang terdekat dan lebih besar atau sama dengan 16 adalah 18). Lalu,
kurangkan 18 dengan 16 dan Anda akan mendapatkan jawabannya: Dua !
Sebagai
catatan, Anda akan mengalami sedikit kesulitan jika jumlah dari tiga angka yang
diberikan adalah kelipatan 9. Jika itu terjadi, maka angka yang disembunyikan
ada di antara 2 kemungkinan, 0 atau 9. Anda dapat mengakalinya dengan bertanya,
“Angkanya besar kan…?”. Kalau responnya negatif, berarti angkanya 0 dan kalau
responnya positif, berarti angkanya 9.
Permainan Sulap
Matematika Terintegrasi dengan Pembelajaran Matematika
Sebagian
permainan sulap matematika dapat disajikan terintegrasi dengan materi atau
bahan ajar yang diberikan, sebab rahasia permainan sulap tersebut dapat
dipahami siswa setelah memahami lebih dahulu materi yang akan disajikan. Dengan
cara demikian kemauan untuk memahami materi yang disajikan tumbuh dari dalam
diri siswa karena termotivasi untuk mengetahui rahasia permainan sulap matematika
tersebut.
Sebagai
contoh, saat pembelajaran operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian), atau persamaan linier dua variabel, atau aritmatika,
atau aljabar, atau materi lainnya sesuai kebutuhan yang dianggap ada kaitannya
antara pembelajaran yang disampaikan dengan permainan sulap yang diperlihatkan.
Katakan pada siswa jika pembelajaran kali ini, bisa digunakan menebak jumlah anggota keluarga teman kita sekaligus
uang jajannya hari ini. Siswa tentu akan penasaran dan akan serius mengikuti
pembelajaran ini.
Sebagai
contoh, salah seorang siswa disuruh maju dan suruh mengalikan jumlah anggota
keluarga dengan 4 (contoh bila jumlah anggota keluarga adalah 6, maka 6 x 4 =
24) , lalu tambahkan dengan 10 (24 + 10 = 34), kalikan dengan 25 (34 x 25 =
850), kurangi dengan banyaknya hari dalam setahun yang bukan kabisat, yaitu 365
hari (850 – 365 = 485), selanjutnya minta dia untuk menambahkan dengan banyak
uang sakunya (tanpa ribuannya, contoh 20.0000, bilangan yang digunakan adalah 20-nya
saja) maka akan terlihat 485 + 20 = 505, dan yang terakhir tambah dengan 115 (505 + 115 = 620).
Setelah
siswa menyelesaikan serangkaian operasi tersebut, tanyakan hasilnya pada siswa
tadi. Dari hasil itu (hitungan siswa benar), guru dapat mengetahui dengan tepat
jumlah anggota keluarga siswa sekaligus uang jajannya. Jumlah anggota keluarga
siswa itu adalah bilangan dari digit ratusan, yaitu 6, sedangkan banyak uang
jajannya adalah digit puluhan dan satuannya yaitu 20 atau 20.000.
Ilustrasi dari permainan tadi sebenarnya
sangat sederhana dan bilangan pengali, penambah, dan pengurangnya dapat
diganti-ganti sesuai kebutuhan agar terlihat permaianannya bukan sekedar
hafalan dari angka-angka tertentu dan menebak yang itu-itu juga. Hal ini dapat
dilihat sebagai berikut :
1. Anggap jumlah anggota keluarga adalah
a
2. Dikalikan 4 maka sama dengan 4a
3. Tambahkan 10 maka 4a + 10
4. Kalikan dengan 25 maka 25(4a + 10) = 100a + 250
5. Kurangi dengan jumlah hari dalam
setahun 100a + 250 – 365 = 100a – 115
6. Tambahkan dengan uang jajannya
sekarang, misalnya u, maka 100a–115 + u
7. Terakhir tambahkan dengan 115,
sehingga menjadi 100a – 115 + u + 115 =
100a + u
Bilangan 100a + u ini yang merupakan hasil akhir perhitungan menunjukkan
bilangan jumlah anggota keluarga a
dan bilangan uang jajannya sekarang adalah bilangan u.
Permainan ini masih bisa dirubah-rubah dengan
sesuatu yang akan ditebaknya, misalnya tanggal dan bulan ulang tahun, nilai
ujian, atau mungkin binatang ternak yang dirumah.
Dengan belajar disertai dengan
permainan–permainan, maka pembelajaran jadi menyenangkan dan dirindukan
kehadirannya oleh siswa. Pelajaran yang semula merupakan momok mampu dihadirkan
dalam bentuk yang mengasyikkan dan menghibur, sehingga pelajaran yang semula
terlihat di awang-awang, selalu bergelut dengan rumus dan tidak berguna
ternyata bisa dibawa dalam kehidupan nyata.
Supriyo, S.Pd.I
Adalah
guru Matematika di MTs Negeri Bener – Purworejo
Email
: supriyo_mtsnbener@yahoo.co.id
Daftar Pustaka
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/investigative-medicine/1936177-sulap-bisa-meningkatkan-kemampuan-otak/ Diakses tanggal 18 Juli 2010
Mawardi, Muh Sholeh. Permainan
sulap Matematika. http://sulapmatematika.blogspot.com/2008/07/permainan-sulap-matematika.html.
Diakses tanggal 18 Juli 2010
Sriyanto,
H.J. 2009. Bermain Sulap dengan Matematika : Cara asyik Bermain Angka.
Yogyakarta : Indonesia Cerdas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar